PROSES PENGAMBILAN KEMBALI BIOETANOL HASIL FERMENTASI
DENGAN METODE ADSORPSI HIDROPHOBIK
- Pembuatan Etanol
Sintetis Hasil Fermentasi Glukosa sebanyak 4 gr dilarutkan dalam etanol teknis 5
gr dan aquadest 95 gr dan kemudian diaduk sampai homogen. Dalam Penelitian ini
akan digunakan etanol sintetis hasil fermentasi dengan kadar 5-10% dimana
karakteristiknya akan disesuaikan dengan karakteristik etanol hasil fermentasi
yang sebenarnya.
- Analisa Kadar
Etanol Awal
Sampel yang sudah dibuat akan dianalisa terlebih
dahulu kadarnya dengan menggunakan metode cawan conway. Data hasil analisa ini akan digunakan sebagai
perbandingan dengan etanol yang sudah dimurnikan nantinya.
- Tahap Adsorbsi
Etanol
1. Beaker Glass diisi sampel sebanyak 100 ml.
2. Lalu dimasukkan adsorbent sebanyak 10 gr.
3. Kemudian diaduk dengan magnetic stirer sampai
homogen selama 30 menit.
4. Setelah waktu kontak selesai, sampel kemudian
disaring untuk memisahkan adsorbent.
5. Filtrat yang didapat dianalisa kembali kadarnya
dengan menggunakan metode cawan Conway.
6. Lakukan percobaan yang sama untuk seluruh variabel.
7. Analisa Data
HIDROLISIS TONGKOL JAGUNG OLEH
BAKTERI SELULOLITIK UNTUK PRODUKSI BIOETANOL DALAM KULTUR CAMPURAN
A. Perlakuan Pendahuluan
1. Karakterisasi Tongkol Jagung
I.
tongkol jagung dikeringkan menggunakan oven pada suhu 50oC.
II.
Hasil pengeringan dikecilkan ukurannya menggunakan Hammer
mill hingga +40 mesh. Pada proses ini uji yang dilakukan adalah uji proksimat, yaitu
uji kadar air, abu, lemak, protein, serat kasar, dan karbohidrat (by
difference).
2. Persiapan Substrat
I.
Delignifikasi
(S1)
Serbuk tongkol jagung direndamdalam larutan NaOCl 1%
selama 5 jam pada suhu 28 oC. Lignin akan terlarut pada fraksi cairan sedangkan
fraksi padatan merupakan hemiselulosa dan selulosa
II.
substrat
fraksi selulosa (S2)
Bahan hasil direndam dari proses delignifikasi ke dalam
NaOH 15% selama 24 jam pada suhu 28oC. Hemiselulosa yang terkandung pada bahan
akan terlarut pada larutan tersebut. Fraksi padatan merupakan selulosa tongkol jagung.
Pemisahan dilakukan menggunakan kain saring dengan dibilas berulang kali hingga
pH8.
III.
substrat alfa
selulosa(S3)
Selulosa
tongkol jagung direndam pada H2SO4 65% selama 4 jam pada suhu 25oC. Larutan dipisahkan
menggunakan gelas penyaring dan dibilas beberapa kali menggunakan akuades.
3. Karakterisasi
Substrat Pada
tahap ini bahan hasil persiapan substrat dikarakterisasi komposisi seratnya
yang meliputi kandungan selulosa, hemiselulosa dan lignin.
B. Hidrolisis Bakteri Selulolitik
dilakukan pengamatan terhadap aktivitas
bakteri selulolitik isolat C44, C51, C111, dan Cmix (kultur yang merupakan pencampuran
dari ketiganya). Pengamatan tersebut didasarkan pada terbentuknya produk yang berupa
gula total.
C. Produksi Etanol
Pada produksi etanol
menggunakan metode pencampuran mikroba (mixed Culture) antara bakteri
selulolitik yang dalam hal ini sebagai penghidrolisa selulosa dan Saccharomyces
cerevisiae sebagai agen pengkonversi. Penentuan waktu inokulasi Saccharomyces
cerevisiae dilakukan pada fase akhir eksponensial dan awal fase stasioner
bakteri dan substrat terpilih. Pengamatan dilakukan dengan menghitung etanol yang
diproduksi dan produk samping yang berupa kandungan total asam.
BIODISEL
Metode Transesterifikasi
Dalam
proses transesterifikasi dibutuhkan sejumlah metil alkohol dan KOH yang
dicampur pada tangki reaktor kurang lebih 10 menit hingga KOH terlarut dengan
sempurna. Proses pertama
transesterifikasi adalah pemurnian Escherichia coli ATCC 11303. Tahap
pemurnian ini menggunakan air yang mengandung zat asam. Larutan ini dapat
diperoleh dengan mencampur asam asetat (CO3COOH) dengan air (H2O). Perbandingan campuran adalah 40% dari Escherichia
coli. Air dengan kandungan asam tersebut berfungsi untuk mengeluarkan angin
didekat dasar tangki sehingga gelembung-gelembung dan udara terangkat. Setelah
melalui tahapan pada proses tersebut maka akan dihasilkan bioetanol murni dan
gliserin. Hasil dari proses pemurnian tersebut kemudian dimasukkan Waste
Cooking Oils (WCO) ke dalam reaktor dengan menambahkan 25% (dengan volume
WCO) etanol murni dan KOH dalam berbagai variasi konsentrasi. Variasi
konsentrasi KOH/liter WCO adalah 6,00 gram; 6,25 gram; 6,50 gram; dan 6,75
gram. Tahapan kedua memanaskan
sampel dalam reaktor dengan variasi suhu 48oC, 60oC, dan 65oC, selama 50 - 60 menit. Variasi tekanan
dikombinasikan dengan variasi suhu kemudian didiamkan selama 12 jam. Larutan
kemudian menjadi potasium metoksida.
Minyak
nabati kemudian dialirkan atau ditransfer ke reaktor utama untuk menghasilkan
minyak nabati atau biodiesel yang diinginkan Tangki reaktor harus disesuaikan
untuk mempercepat determinasi volume. Metoksida kemudian dialirkan kedalam
reaktor dan proses pencampuran pun dimulai. Dalam proses eterifikasi ini
dibutuhkan waktu kira-kira 60 menit. Ester kemudian ditransfer dengan pompa
atau secara grafitasi kedalam tangki penampungan. Setiap bak memproduksi kurang
lebih 500 liter per hari oleh sebab itu harus disiapkan dua bak dalam sehari.
Tahapan ketiga adalah pengambilan sejumlah gliserin dari hasil tahapan pertama
dan kedua, kemudian menuangkan kembali biodiesel yang dihasilkan ke dalam
reaktor dan ditambahkan metanol dari sisa proses pertama dan kedua dengan
jumlah yang sama pada tahapan pertama juga pemberian katalis KOH, yang
ditujukan untuk meningkatkan tingkat kemurnian biodiesel.
Metode Fermentasi
Pada
tahapan metode fermentasi, Escherichia coli ATCC 11303 yang membawa
plasmid pLOI297 diletakkan dalam medium dengan pendinginan (-200C) dalam 40%
gliserol dan pertumbuhan medium yang kompleks mengandung 2% glukosa dan 10 mg/L
tetracyclin. Mediumnya terdiri dari trypton (10 g/L), ekstrak ragi (5 g/L) dan
NaCl (5 g/L). Fermentasi dilakukan pada medium tersebut dengan menggunakan larutan
buffer potassium fosfat (pH = 7) pada konsentrasi akhir 0,2 M. Fermentasi dari
glukosa (5g/L), xylosa (80g/L) dan arabnosa (5g/L) dibuat dengan 42,5g/L
ethanol selama 96 jam yang menghasilkan 0,49 alkohol per 1 gram gula
menggunakan Recombinant Escherichia coli. Konsentrasi glukosa, xylosa
dan arabinosa dalam proses hidrolisis dapat dikembangkan untuk teknologi
konversi biomassa pada produksi fuel etanol menggunakan ethanologenik E.coli.
Untuk menghasilkan etanol dari fermentasi dapat dilakukan variasi konsentrasi
yaitu glukosa dan xylosa (80g/L, 100g/L, 120g/L). Semakin banyak konsentrasi
glukosa dan xylosa yang terkandung pada ethanologenik E.coli maka
semakin banyak etanol yang dihasilkan. Dua proses hidrolisis tersebut dapat
digunakan dengan metode SHF (separate hydrolysis and fermentation) atau
SSF (simultaneous saccharification and fermentation).
PEMURNIAN ETANOL DARI FERMENTASI TAPE
UBI KAYU
PROSES PENGAMBILAN KEMBALI BIOETANOL HASIL FERMENTASI
DENGAN METODE ADSORPSI HIDROPHOBIK
1 Pembuatan Etanol Sintetis
Hasil Fermentasi
Dalam Penelitian ini akan
digunakan etanol sintetis hasil fermentasi dengan kadar 5-10% dimana
karakteristiknya akan disesuaikan dengan karakteristik etanol hasil fermentasi
yang sebenarnya. Langkah-langkah pembuatan etanol sintetis yaitu dengan cara
mencampur glukosa sebanyak 4 gr dilarutkan dalam etanol teknis 5 gr dan
aquadest 95 gr dan kemudian diaduk sampai homogen.
2 Analisa Kadar Etanol Awal
Sampel yang sudah dibuat akan
dianalisa terlebih dahulu kadarnya dengan menggunakan metode cawan conway. Data
hasil analisa ini akan digunakan sebagai perbandingan dengan etanol yang sudah
dimurnikan nantinya.
3 Tahap Adsorbsi Etanol
1. Beaker Glass diisi sampel
sebanyak 100 ml.
2. Lalu dimasukkan adsorbent
sebanyak 10 gr.
3. Kemudian diaduk dengan
magnetic stirer sampai homogen selama 30 menit.
4. Setelah waktu kontak
selesai, sampel kemudian disaring untuk memisahkan adsorbent.
5. Filtrat yang didapat
dianalisa kembali kadarnya dengan menggunakan metode cawan Conway.
6. Lakukan percobaan yang sama
untuk seluruh variabel
7. Analisa Data
OPTIMASI PRODUKSI BIOETANOL DARI UBI KAYU
(Manihot utilissima Pohl) MENGGUNAKAN
Aspergillus niger DAN Rhizopus oryzae
Persiapan
Umbi dibersihkan dan dikupas kulitnya
Umbi ubi jalar kemudian dicuci, dikeringkan, dan diparut atau dihaluskan.
Umbi hasil parutan ditambahkan air dengan perbandingan 1:1, diremas dan disaring.
Endapan hasil saringan dibiarkan mengendap dalam wadah selama 24 jam. Air hasil endapan dibuang dan filtrat pati dipanaskan hingga kering di dalam oven.
Hidrolisis Pati dengan Asam dan Enzim
Dibuat larutan pati dengan menimbang 12,5 g pati ubi kayu yang dilarutkan dengan 100 ml akuades, tambahkan 0,5 N HCl sebanyak 25 ml.
Larutan kemudian dihidrolisis pada suhu 1150 C selama 1 jam pada tekanan 1 atm. Larutan diangkat,didinginkan dan dinetralisasi dengan Na2CO3 10%.
Dianalisis kadar gula reduksi dan gula total untuk hidrolisis asam.
masing-masing larutan hasil hidrolisis asam (± 135 ml) ditambahkan 10% (v/v) isolat Aspergillus niger, Rhizopus oryzae, dan kombinasi keduanya.
Hidrolisis dilakukan pada suhu ruang selama 72 jam dengan agitasi 120 rpm. Larutan hasil hidrolisis dianalisis gula reduksinya.
Penentuan Kadar Gula Pereduksi Metode Nelson Somogyi
Kurva standar digunakan untuk memperlihatkan hubungan antara absorban dan konsentrasi glukosa.
1 ml sampel ditambahkan dengan 1 ml pereaksiNelson.
Jumlah gula pereduksi dari sampel ditentukan berdasarkan OD larutan sampel dan kurva standar larutan glukosa
Fermentasi Etanol
Medium fermentasi volume ± 148 ml dengan kadar gula pereduksi tertinggi hasil hidrolisis asam dan enzim difiltrasi dan ditambahkan 1% (b/v) pepton dan 4% (b/v) ammonium sulfat sebagai nutrisi.
Medium diatur pHnya menjadi 4,6-4,8.
Medium ditambahkan isolat khamir Saccharomyces cereviceae sebanyak 10% (v/v).
Kadar etanol diukur pada jam ke 24, 48, dan 72 jam untuk masing-masing fermentor yang berbeda.
Dilakukan distilasi dan dehidrasi.
Etanol yang dihasilkan dianalisis menggunakan kromatografi gas.
OPTIMASI PROSES HIDROLISIS KIMIAWI DAN ENZIMATIS
TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT MENJADI
GLUKOSA UNTUK PRODUKSI ETANOL
PEMBUATAN MEDIA
Media PDA dibuat dengan cara melarutkan 39 g PDA (Difco) ke dalam 1 L akuades lalu disterisasi, kemudian dituang ke dalam cawan petri yang sudah steril. Media siap untuk ditanam inokulum.
Media Hans dibuat dengan cara melarutkan : 0,5 gram K2HPO4, 0,5 gram KH2 PO4, 1 gram (NH4)2 SO4, 0,1 gram Ca Cl2, 6 gram Na Cl, 0,1 gram yeast ekstrak, 10 gram selulosa dan 20 gram agar ke dalam 1 L akuades lalu disterilisasi, kemudian dituang ke dalam cawan petri. Media siap untuk ditanam inokulum.
Media YEDP dibuat dengan cara melarutkan 10 gram yeast ekstrak, 20 gram pepton, 20 gram glukosa, 18 gram agar ke dalam 1 L akuades lalu disterilisasi, dituang ke dalam cawan petri. Media siap untuk ditanam inokulum
Media PDB dibuat dengan cara : Kentang dikupas, dibersihkan, dicacah dan ditimbang sebanyak 200 g, dicampur dengan 1 L air direbus hingga mendidih. air rebusan kentang disaring dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 1 liter dicampur dengan 20 g sukrosa teknis dan diaduk hingga larut, kemudian dibagi ke dalam erlenmeyer 250 mL, lalu disteril, kemudian didinginkan. Media siap untuk ditanam .
Media Hans Cair dibuat dengan cara melarutkan komposisi bahan kimia media Hans padat tanpa agar, lalu disterilisasi, kemudian didinginkan. Media siap untuk ditanam.
Media YEDP Cair Dibuat dengan cara melarutkan komposisi bahan kimia media YEDP padat tetapi tanpa agar, lalu disterilisasi, kemudian didinginkan.
Media Fermentasi untuk hidrolisis Enzimatis dibuat dengan cara melarutkan media nutrient steril sebanyak 50 mL yang terdiri dari (NH4)2HPO4 1 g/L, MgSO4.7H2O 0,05 g/L dan yeast ekstrak 2 g/L dengan pH Media 5.
PEMELIHARAAN STOK KULTUR
JPP Isolat A-1 (Omphalina) dinokulasikan dengan menggunakan jarum inkubasi ke dalam cawan petri yang berisi media PDA steril.
Kemudian diinkubasikan pada suhu kamar selama satu minggu hingga dihasilkan miselium
berwarna putih.
Pemeliharaan stok kultur untuk Trichoderma sp yaitu dengan cara menginokulasikan sebanyak satu ujung jarum spora jamur ke dalam media PDA steril dan diinkubasi pada suhu kamar selama 1 minggu sebagai stok kultur.
Fungitumbuh dalam waktu tiga hari dengan ditandai adanya warna hijau pada PDA.
Untuk bakteri selulolitik diinokulasikan sebanyak 1 ose isolat bakteri selulolitik ke dalam media Hans padat steril dan diinkubasi pada suhu kamar 1 – 2 hari sebagai stok kultur .
Sedang pada S. cerevisiae diinokulasikan sebanyak 1 ose isolat S. cerevisiae ke dalam media YEDP dan di inkubasi pada suhu kamar 1 sampai 2
hari sebagai stok kultur .
PEMELIHARAAN KULTUR KERJA
Kultur JPP Omphalina sp dari cawan petri (stok kultur) dipindahkan ke dalam botol jam yang berisi media PDB steril dan diinkubasikan dalam suhu kamar selama 3 hari sambil dikocok dengan kecepatan 120 rpm sebagai stok kerja untuk proses delignifikasi.
Isolat Trichoderma dari cawan petri (stok kultur) sebanyak satu ujung jarum dipindahkan ke dalam botol jam yang berisi media PDB steril dan diinkubasikan dalam suhu ruang selama 3 hari sambil dikocok dengan kecepatan 120 rpm sebagai stok kerja untuk proses hidrolisis secara enzimatis.
Sedang kultur bakteri selulolitik dari cawan petri (stok kultur) sebanyak 1 ose dipindahkan ke dalam erlenmeyer 100 mL yang berisi media Hans cair dan diinkubasi pada suhu kamar selama 3 hari, sambil dikocok dengan kecepatan 120 rpm sebagai stok kerja untuk proses hidrolisis secara enzimatis.
Sedang pada isolat Saccharomyces cerevisiae, sebanyak 2 ose isolat per 75 ml media YEDP cair steril diinokulasi ke dalam botol jar di inkubasi pada suhu kamar selama 3 hari, sambil dikocok dengan kecepatan 120 rpm sebagai stok kerja untuk proses fermentasi .
Proses Delignifikasi oleh Jamur Pelapuk Putih Omphalina sp
TKKS yang telah dicacah direndam air satu malam, lalu ditiriskan, kemudian dimasukkan ke dalam plastik tahan panas masing-masing sebanyak 240 gram per bungkus dan disterilisasi (tiga kali ulangan).
Setelah dingin sebanyak 100 ml inokulum JPP Omphalina sp dari medium PDB (stok kerja) diinokulasikan ke dalam TKKS tersebut dan diinkubasikan selama 20 hari dalam suhu ruang (27OC) sampai miselium JPP Isolat A-1 omphalina menyelimutinya, setelah itu dikeringkan dalam oven suhu 60OC, setelah kering digiling dengan alat pen mill, dengan kehalusan 40 mesh.
Sebelum dan sesudah delignifikasi dianalisis kadar air, lignin dan selulosa.
HIDROLISIS KIMIAWI DAN FERMETASI ETANOL
Pada hidrolisis dengan asam khlorida sebanyak 1 gram serbuk TKKS dimasukkan ke dalam tabung reaksi bertutup ulir, ditambahkan masing-masing 10 ml HCL 0,1 N; HCL 0,5 N; HCL 1N; dan HCL 2N, dihidrolisis menggunakan autoklaf suhu 121OC dengan waktu hidrolisis masing-masing 20 menit, 40 menit, 1 jam, 2 jam dan 4 jam. Analisis gula pereduksi.
Hidrolisis dengan asam sulfat prosesnya sama diatas. Hidrolisis dioptimalkan dengan menaikkan suhu 200 C menggunakan H2SO4 2N dengan waktu hidrolisis 5; 7,5; 10; 12,5; dan 15 menit. Analisis kadar gula pereduksi. Berdasarkan hasil analisis gula pereduksi ( % terhadap TKKS ),hidrolisis optimum percobaan dilanjutkan dengan perbesaran skala 50 kali. Filtrat yang dihasilkan digunakan sebagai substrat untuk proses fermentasi selanjutnya.
Fermentasi Etanol Hasil Hidrolisis Kimia Pada Kondisi Optimum
Filtrat hasil dari hidrolisis dibuat dalam kondisi overliming terlebih dahulu yaitu dengan menambahkan Ca(OH)2 hingga pH 12, dipanaskan dalam oven suhu 60o selama 20 jam, disaring, pH diturunkan kembali menjadi 5,0, lalu disterilisasi.
1000 ml filtrat ditambah 10% (v/v) inokulum cair Saccharomyces cerevisiae dengan waktu inkubasi 120 jam. Tiap 24 jam contoh disampling, kemudian dianalisis kadar gula pereduksi (metode DNS), pH (pH meter), etanol (metode hidrometer) dan volume CO2.
HIDROLISIS ENZIMATIS DAN FERMENTASI ETANOL
Metode Simultan: Hidrolsis dan fermentasi dilakukan dengan cara menambahkan 100 gr TKKS terdelignifikasi yang telah steril ke dalam media fermentasi (1000 ml). Ditambahkan 5% isolat Trichoderma sp atau bakteri selulolitik asal rayap dan 10% inokulum cair Saccharomyces cerevisiae (v/v). Waktu inkubasi 5 hari (120 jam). Tiap 24 jam disampling dianalisis kadar gula pereduksi, pH, etanol dan CO2 .
Metode Terpisah: sebanyak 100 gr TKKS terdelignifikasi yang telah steril dimasukkan ke dalam 1000 ml media fermentasi, ditambahkan 5% isolat 25 Trichoderma sp atau bakteri selulolitik, kemudian diinkubasi selama 48 jam.
Sampel diambil setiap 24 jam kemudian dianalisis kadar gula pereduksi, pH dan CO2. Setelah 48 jam ditambahkan 10% inokulum cair Saccharomyces cerevisiae(v/v) , inkubasi dilanjutkan hingga 120 jam. Setiap 24 jam disampling dan dianalisis gula pereduksi (metode DNS), etanol (metode hidrometer), pH (pH meter) dan volume CO2 .
Analisis Bahan Baku dan Produk
Analisis Selulosa (TAPPI Method T203, Anom 1983)
Sebanyak 0,5 g serbuk TKKS dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL, ditambahkan 6 mL NaOCl, 1 mL asam asetat 10% dan 30 mL akuades, kemudian direfluks selama + 4 jam pada suhu 75 OC, dan setiap 2 jam ditambah 6 mL NaOCl, 1 mL asam asetat dan 25 mL akuades. Setelah 4 jam diangkat, disaring, divakum dan dicuci dengan akuades dingin dibilas dengan aseton dan eter dikeringkan dalam oven selama 3 jam, didinginkan dan ditimbang hingga bobot tetap. % Kadar selulosa = x 100% Bobot awal. Bobot awal Bobot akhir
Holoselulosa (ASTM D-1102 s.d 1110).
Sebanyak 0,70 g (+ 0,05 g) serbuk bebas ekstraktif dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml. Kemudian ditambahkan 10 ml larutan A (60 ml HCI + 20 g NaOH, ditambah akuades hingga 1000 ml) dan secara hati-hati dimasukan pula 1 ml larutan B (200 g NaCIO 2 dalam 1000 ml akuades). Erlenmeyer dimasukan kedalam penangas air dengan suhu 70 + 2 0 C dan digoyang setiap 30 menit. Pada menit ke 45, 90, dan 150, ditambahkan 1 ml larutan B dan erlenmeyer digoyang goyang setiap penambahan larutan B. Sesudah 4 jam erlenmeyer dimasukan ke dalam penangas air es dan ditambahkan 15 ml akuades es. Seluruh isi erlenmeyer disaring menggunakan cawan saring yang sudah diketahui berat kosongnya.
Untuk membersihkan seluruh isi erlenmeyer, dilakukan pencucian dengan 100 ml larutan asam asetat 1%. Cawan saring dihisap dan dicuci dengan 2-5 ml aseton yang dibiarkan menetes keluar karena beratnya, kemudian dihisap lagi selama 326 menit. Selanjutnya cawan saring beserta isinya dikeringkan dalam tanur pada suhu 100-105 0 C dan ditimbang sampai beratnya konstan. % kadar holoselulosa = berat serbuk bebas ekstraktif berat holoselulosa x 100
Ekstraktif (ASTM D-1102 s.d 1110).
Sebanyak 2 g sampel serbuk kayu dimasukkan dalam cawan saring.Cawan saring seisinya dimasukan dalam. Cawan saring lalu ditutup dengan sepotong saringan dari logam agar
tidak ada serbuk yang hilang. Ekstraksi dilakukan dengan 200 ml alkohol benzen (alkohol : benzen = 1 : 2) selama 4-6 jam. Cawan saring itu dikeluarkan dari soxhlett dan dihisap dengan pompa vakum.
Kemudian dicuci dengan alkohol untuk menghilangkan benzen dan dihisap lagi dengan pompa vakum. Cawan saring dan isinya dikeringkan dalam tanur pada suhu 100-105 0 C dan ditimbang sampai beratnya konstan.% kadar ekstraktif =berat ing ur berat awal berat ing ur
ker tanker tan x 100%
Analisis Lignin (Goering dan Van Soest, 1970)
Sebanyak 1 g serbuk TKKS dimasukkan kedalam kertas saring yang telah digulung dan diberi kapas. Lalu dilipat dan diikat dengan tali, ditimbang, direfluks ditambah etanol-benzene (1 : 2) selama + 8 jam, diangkat, dicuci dengan etanol dan air panas, dikeringkan dioven sampai kering,dimasukkan kedalam desikator, ditimbang hingga bobot tetap. Kemudian sebanyak 0,5 g diambil, dimasukkan kedalam piala gelas 100 mL, ditambah 15 mL H2SO4 72% dengan perlahan-lahan (didalam bak yang berisi air dan es, suhu (20 OC) didiamkan 2 jam, sambil sesekali diaduk. Diangkat, dimasukkan kedalam erlenmeyer ditambah 300 mL akuades, diaduk sampai dengan konsentrasi H2SO4 3%, kemudian direfluks + 4 jam diatas penangas air pada suhu 100 0C. Hasil 27 refluks, divakum, dicuci dengan akuades panas sampai bebas asam, endapan dikeringkan dalam oven selama 3 jam, kemudian ditimbang hingga bobot tetap. % Kadar lignin = x 100% Bobot sebelum diekstrak x bobot hasil ekstrak. Bobot refluks 4jam x Bobot refluks 8 jam
Analisis Kadar air (AOAC, 1984)
Menimbang 5 gram sampel lalu dikeringkan dalam oven 105OC selama 2-3 jam, sampel yang telah kering kemudian didinginkan dalam desikator selama satu jam dan ditimbang. Perlakuan ini dilakukan secara berulang sehingga mendapatkan bobot tetap.
% kadar air = x 100%
Bobot awal
Bobot awal - Bobot akhir
Analisis kadar gula pereduksi
Contoh yang telah jernih dimasukkan sebanyak 1 mL kedalam tabung reaksi, ditambah 3 ml pereaksi DNS dan ime akuades, dikocok hingga homogen menggunakan alat vortex, dan ditempatkan dalam air mendidih selama 15 menit, lalu didinginkan sampai suhu ruang. Bila diperlukan contoh diencerkan agar dapat terukur pada panjang gelombang 570 nm. Untuk pengukuran blanko di gunakan air. Kurva standar dibuat dengan menggunakan larutan glukosa standar dengan kisaran 0,2-5 mg/L.
Analisis Kadar Etanol Menggunakan Metode Hydrometer.
Prinsip :
Sebanyak 100 ml contoh dimasukkan kedalam labu destilasi tambahkan 50 ml air suling, destilasi campuran tersebut. Destilasi ditampung dengan piknometer sampai tanda garis, lalu piknometer didinginkan pada suhu 20 OC selama 15 menit. Setelah dingin piknometer ditimbang. Timbang berat piknometer kosong dan berat air pada suhu 20 OC (sebagai pembanding)
BJ etil alkohol 20/ 20 OC = Berat etil alkohol (sulingan pada 20 OC)
Berat air pada 20 OC kemudian dari lampiran dapat diketahui kadar alkoholnya.
Analisis gas karbondioksida (Hamzah, 2007)
Gas CO2 yang dihasilkan dari bagian atas fermentor dialirkan melalui suatu pipa kecil menuju tabung volume ukur yang berisi penuh air Gas CO2 tersebut akan menekan air ke bawah hingga volume air pada tabung tersebut menjadi kosong. Banyaknya volume air yang dikeluarkan sebanding dengan volume gas CO2 yang dihasilkan pada keadaan suhu dan tekanan standar
OPTIMASI PROSES HIDROLISIS BIJI SORGUM UNTUK FERMENTASI .
BIOETANOL DAN PEMANFAATAN KOMPONEN PADATNYA
Pembuatan tepung sorgum dan analisis bahan baku.
Biji sorgum dibuat tepung, digiling dengan disc mill. Saringan yang digunakan berukuran 40 mesh, dan hasil penepungan terse but diambil sampelnya. Analisis bahan baku tersebut meliputi kadar air, kadar abu , kadar gula pereduksi, kadar pati, protein, serat dan lemak.
Optimasi Proses Hidrollsis Alkali
Suspensi tepung sorgum dengan kandungan total sugar sekitar 15%wv dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer 500 ml , sebanyak 350 ml dan ditambah pellet NaOH, diaduk merata kemudian dibiarkan selama jangka waktu dan suhu tertentu. Penambahan NaOH divariasi untuk mendapatkan konsentrasi tertentu (0,04-0,10 N), selama waktu tertentu (0,5 jam, 1,0 jam; 1,5 jam; 2,0 jam) dan pad a suhu tertentu (suhu kamar, 35, 40, dan 45°C).
Setelah pH suspensi media diatur 8 dilanjutkan dengan proses likuifikasi. Enzim amylase ditambahkan dengan dosis 0,1% terhadap kandungan Total Sugar (TS) , kemudian dipanaskan hingga mencapai suhu gelati nasi (80-90°C) dan dipertahankan selama 30 menit. Sampling dilakukan pada akhir proses likuifikasi untuk pengukuran viskositas dan nilai DE-nya , sebelum suhunya diturunkan hingga 55-60°C.
Setelah mencapai suhu 55-60°C, ditambahan enzim glucoarnylase dengan dosis 0,2% terhadap kandungan TS. Suhu dipertahankan tetap selama 2 jam dan sampling dilakukan untuk penetapan nilai DE yang tercapai. Proses sakarifikasi dilanjutkan setelah didinginkan hingga mencapai suhu kamar atau (30-33°C), yang berlangsung secara simultan dengan proses fermen-tasinya . Setelah diinkubasikan selama 72 jam, proses fermentasi dihentikan, dilakukan analisa kadar alkohol (metode gravimetri), kadar gula total, dan reducing sugar (Modified Somogy' methode).
Optimasi Proses Hidrolisis Pati dilakukan dalam jar fermentor dengan volume kerja 20 liter. Hasil optimasi kondisi proses hidrolisis alkali dibuat tetap. Optimasi proses degradasi senyawa pati menjadi bioetanol diperhitungkan dari besaran Sugar Consumption Ratio (SCR) dan Fermentation Ratio (FR) dengan peubah dosis enzim aamylase dan glucoamylase. Variasi dosis enzim a-amylase yang dipilih 0,05; 0,075; 0,100; 0,125% terhadap kandungan Total Sugar (TS), sedangkan variasi dosis enzim glucoamylase 0,15; 0,20; 0,25; 0.30% terhadap TS. Kondisi pH, suhu, dan waktu inkubasi untuk setiap tahap proses hidrolisis diupayakan sama dengan kondisi pengujian proses hidrolisa matrik protein pada skala flask. Sampling dilakukan untuk penetapan nilai DE yang dicapai pada setiap tahap proses hidrolisis dengan mengukur kadar reducing sugar yang terbentuk. Penetapan laju proses fermentasi , SCR dan FR dilakukan pada akhir inkubasi selama 72 jam. Setiap 8 jam dilakukan sampling untuk pengukuran kandungan TS tersisa (modified somogy' methode), jumlah bioetanol yang terbentuk, pH, dan derajat keasamannya. Pada akhir fermentasi , endapan (sludge) dalam fermented broth dipisahkan dianalisis kandungan lemak, serat, mineral, dan protein kasarnya.