PERCOBAAN 5
IDENTIFIKASI ALDEHID
DAN KETON
I.
TUJUAN
Mengidentifikasi senyawa organic golongan
aldehid dan keton
Mempelajari dan memperkenalkan salah satu metode
identifikasi senyawa berdasarkan perbedaan gugus fungsi.
II.
DASAR TEORI
Dalam senyawa organic terdapat
beberapa gugus fungsi, diantaranya Aldehid dan Keton. Aldehid dan keton, keduanya mempunyai gugus yang sama
yaitu gugus karbonil, C=O. Oeh karena itu sifat reaksi umumnya sama, terhadap
sifat karbonil. Aldehid adalah
suatu senyawa yang mengandung sebuah gugus karbonil yang terikat pada sebuah
atau dua buah atom hidrogen. Nama
IUPAC dari aldehida diturunkan dari alkana dengan mengganti akhiran “ana“
dengan “al“. Nama umumnya didasarkan nama asam karboksilat ditambahkan dengan
akhiran dehida (Petrucci, 1987). Aldehid dinamakan menurut nama asam yang mempunyai jumlah atom C sama pada
nama alkana yang mempunyai jumlah atom sama. Keton adalah suatu senyawa organik
yang mempunyai sebuah gugus karbonil terikat pada dua gugus alkil, dua gugus
alkil, atau sebuah alkil. Keton juga dapat dikatakan senyawa organik yang
karbon karbonilnya dihubungkan dengan dua karbon lainnya. Keton tidak
mengandung atom hidrogen yang terikat pada gugus karbonil (Wilbraham, 1992). Pembuatan aldehida adalah sebagai berikut: oksidasi
alkohol primer, reduksi klorida asam, dari glikol, hidroformilasi alkana,
reaksi Stephens dan untuk pembuatan aldehida aromatik (Fessenden, 1997).
Salah
satu reaksi untuk pembuatan aldehid adalah oksidasi dari alkohol primer. Biasanya, aldehid bereaksi lebih cepat daripada keton
terhadap suatu pereaksi yang sama. Hal ini disebabkan oleh karena atom karbon
karbonil dari aldehid kurang terlindungi dibandingkan keton. Begitu pula
aldehid lebih muda teroksidasi daripada keton.Kebanyakan oksidator tak dapat dipakai karena akan mengoksidasi aldehidnya
menjadi asam karboksilat. Oksidasi khrompiridin komplek seperti piridinium
khlor kromat adalah oksidator yang dapat merubah alkohol primer menjadi aldehid
tanpa merubahnya menjadi asam karboksilat (Petrucci, 1987). Pembuatan keton yang
paling umum adalah oksidasi dari alkohol sekunder. Hampir semua oksidator dapat
dipakai. Pereaksi yang khas antara lain khromium oksida (CrO3),
phiridinium khlor kromat, natrium bikhromat (Na2Cr2O7)
dan kalium permanganat (KMnO4) (Respati, 1986).
Reaksi-reaksi
pada aldehida dan keton adalah reaksi oksidasi dan reaksi reduksi. Reaksi
oksidasi untuk membedakan aldehida dan keton. Aldehid mudah sekali dioksidasi,
sedangkan keton tahan terhadap oksidator. Aldehida dapat dioksidasi dengan
oksidator yang sangat lemah. Sedangkan reaksi reduksi terbagi menjadi tiga
bagian yaitu reduksi menjadi alkohol, reduksi menjadi hidrokarbon dan reduksi
pinakol (Wilbraham, 1992).
Sifat-sifat
fisik aldehid dan keton, karena aldehid dan keton tidak mengandung hidrogen
yang terikat pada oksigen, maka tidak dapat terjadi ikatan hidrogen seperti
pada alkohol. Sebaliknya aldehid dan keton adalah polar dan dapat membentuk
gaya tarik menarik elektrostatik yang relatif kuat antara molekulnya, bagian
positif dari sebuah molekul akan tertarik pada bagian negatif dari yang lain
(Fessenden, 1997).
Iodoform merupakan salah satu haloform yang terbentuk
kristal berwarna kuning, dan sedikit larut dalam air. Secara umum haloform
dibuat dari suatu senyawa metil keton / metil
aldehida atau dari senyawa yang bila teroksidasi menghasilkan senyawa
tersebut. Metil keton menghasilkan
endapan kuning iodoform jika direaksikan dengan iodine dalam larutan NaOH.
R-C-CH3+ 3I2+ 4NaOH → R-C-ONa + 3NaI + 3H2O + CHI3
Metil
keton Iodoform kuning
Untuk pembahasan ini, diasumsikan bahwa pereaksi yang
kita gunakan adalah larutan iodin dan natrium hidroksida. Tahap pertama
melibatkan substitusi ketiga atom hidrogen dalam gugus metil dengan atom-atom
iodin. Keberadaan ion-ion hidroksida cukup penting untuk berlangsungnya
reaksi ion-ion ini terlibat dalam mekanisme reaksi. Pada tahap kedua,
ikatan antara C I3 dan ikatan lainnya pada molekul terputus
menghasilkan triiodometana (iodoform) dan garam dari sebuah asam.
Tes benedict
memberikan hasil positif bila terbentuk endapan merah bata. Aldehida
alifatik dioksidasi menjadi asam karboksilat dengan pereaksi benedict (kompleks
ion Cu(II) sitrat dalam larutan basa). Ion Cu(II) direduksi menjadi Cu2O(endapan
berwarna merah bata). Aldehida aromatik dan keton tidak bereaksi dengan
pereaksi benedict.
R-CHO + 2Cu2+ + 5 OH → R-COO- + Cu2O + 3 H2O
Biru merah bata
III.
ALAT DAN BAHAN
A.
Tes Iodoform
Alat:
Ø
Gelas beaker
Ø
Batang pengaduk
Ø
Kertas saring
Ø
Penanggas air
Ø
Timbangan analitik
Bahan:
Ø
KI
Ø
NaOCl
Ø
Aseton
Ø
Alkohol
Ø
B.
Tes Benedict
Alat:
Ø
Pipet tetes
Ø
Tabung reaksi
Ø
Gelas beaker
Ø
Penanggas air
Bahan:
Ø
Formaldehida
Ø
Aseton
Ø
Benzaldehida
Ø
Pereaksi Benedict
IV.
CARA KERJA
A.
Iodoform
i
B.
Tes benedict
V.
HASIL PENGAMATAN
A.
IODOFORM
Berat Kristal Iodoform: 0,32 gram
B.
Tes Benedict
Larutan
|
Sebelum Pemanasan
|
Setelah Pemanasan
|
Formaldehid
|
Warna hijau, lama-lama berubah menjadi biru
|
Warna biru muda
|
Benzaldehid
|
Warna
biru muda, berbuih
|
Terbentuk
dua lapisan
|
Aseton
|
Warna biru muda, Amorf
|
Warna biru muda
|
VI.
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan
untuk mengidentifikasi Aldehid dan Keton dengan cara pembentukan Iodoform dan
Tes Benedict. Pada tes iodoform didapatkan hasil berupa Kristal kuning dari
reaksi antara KI, aseton dan NaOCl. Pada uji Iodoform ini terjadi reaksi
spesifik pada senyawa yang mengandung metal keton. Gugus metil dari suatu metil keton diiodinasi
dalam suasana basa sampai terbentuk Iodoform
padat berwarna kuning. Dimana dalam praktikum in gugus metil adalah
aseton. Sementara dalam Tes benedict, reaksi positif terbentuk apabila larutan
terbentuk endapan berwarna merah bata.
Dalam tes iodoform, KI air dan aseton yang dimasukkan kedalam tabung reaksi
ditambahkan NaOCl sedikit demi sedikit sampai terbentuk endapan berwarna
kuning. Didalam campuran ini, NaOCl berperan sebagai pembentuk suasana basa
dalam larutan. Kemudian larutan disaring menggunakan kertas saring lalu dicuci
dengan akuades sebanyak 2-3 kali dan kemudian siap untuk dilakukan
rekristalisasi. Rekristalisasi merupakan pemurnian zat padat dimana dalam
keadaan panas (eksoterm) larut dalam suatu pelarut tertentu, tetapi dalam
keadaan dingin atau pada suhu kamar, zat atau kristalnya akan terjadi. Cara
rekristalisasi dengan memanaskan pelarut tertentu yang sesuai (dalam hal
ini alkohol panas). Adapun faktor-faktor yang dapat menyebabkan kegagalan adalah penambahan
NaOCl yang terlalu sedikit dan berlebih. Penambahan
NaOCl harus tepat karena jika terlalu sedikit, suasananya menjadi
kurang basa dan akibatnya kristal yang terbentuk sedikit. Sedangkan jika
terlalu banyak atau berlebih iodoform
dapat larut dalam NaOCl.
Setelah dilakukan pencucian, Kristal dimasukan kedalam gelas beaker
kemudian dipanaskan diatas hot plate sambila ditambahkan Alkohol sedikit demi
sedikit. Alcohol ini ditambahkan sampai endapan kuning Iodoform larut. Setelah
dapat larut, larutan ini di saring lagi untuk mendapatkan Kristal iodoform yang
diinginkan. Setelah selesai dilakukan penyaringan, berat dari Kristal ini
ditimbang, dan didapatkan berat Kristal iodoform seberat 0,32 gram.
Kemudian pada percobaan Uji benedict, larutan yang digunakan adalah
Benzaldehid, Formaldehid dan Aseton. Pereaksi yang digunakan adalah larutan
benedict. Pada saat setelah pencampuran, kondisi formaldehid pada awalnya
larutan berwarna hijau dan lama-lama berubah menjadi biru. Kemudian pada
Benzaldehid pada awalnya warnanya adalah biru muda dan disertai dengan
pembentukan gelembung. Dan untuk Aseton warnanya adalah biru muda. Menurut
teori, Tes benedict memberikan hasil positif bila terbentuk endapan merah bata.
Dalam praktikum ini tidak ada salah satu dari tiga sampel larutan diatas yang
membentuk endapan merah bata. Hal ini mungkin disebabkan oleh kelalaian praktikan
dalam menjalankan praktikum, seperti kesalahan dalam bagian pemanasan.
VII.
KESIMPULAN
Berat iodoform yang dihasilkah dari praktikum
ini adalah sebesar 0,32 gram
Uji Iodoform dan Tes Benedict dapat dilakukan
untuk meng identifikasi senyawa yang mengandung aldehida dan keton.
VIII.
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S.
1997. Dasar-dasatr Kimia Organik. Bina Aksara. Jakarta.
Riawan, S. 1990. Kimia
Organik Edisi 1. Binarupa Aksara. Jakarta.
Wilbraham, Antony C. 1992. Pengantar
Kimia Organik 1. ITB. Bandung.
LAMPIRAN
Ø
Formaldehid, Aseton dan Benzaldehid sebelum
dipanaskan
Ø
Formaldehid, Aseton dan Benzaldehid setelah
dipanaskan
Iodoform