Senin, 22 Oktober 2012
I. Tujuan
Dapat menentukan senyawa tersebut bersifat basa kuat
(amina), asam lemah (fenol), asam kuat (asam karboksilat), atau zat netral
(aldehid, keton, alcohol, aster, atau eter).
II.
Dasar Teori
Dengan tes kelarutan, dapat ditentukan apakah senyawa
tersebut bersifat basa kuat (amina), asam lemah (fenol), asam kuat (asam
karboksilat), atau zat netral (aldehid, keton, alcohol, aster, atau eter).
Pelarut yang digunakan dalam tes kelarutan ini adalah HCl 5%, NaOH 5%, NaHCO3
5%, H2SO4 pekat, air dan pelarut-pelarut organic.
Kelarutan masing-masing zat dapat dilihat dalam table :
Alat
v Tabung reaksi
v Rak tabung
v Pipet tetes
v Spatula
Bahan
v NaOH 5%
v HCl 5%
v NaHCO3 5%
v H2SO4
v Zat unknown
IV.
Cara Kerja
Catatan :
Penambahan NaOH 5%, HCl 5%, dan H2SO4 pekat harus
dilakukan terhadap sampel asal
V.
Hasil Pengamatan
Hidrokarbon
|
Penambahan
|
Hasil Pengamatan
|
Gambar
|
Alkohol 96%
|
H2O + NaOH + HCl + H2SO4
|
Tidak larut
|
|
Fenol
|
H2O + NaOH+
NaHCO3
|
Larut (endapan warna hijau larut perlahan-lahan)
Tidak Larut
|
|
Toluen
|
H2O + NaOH + HCl + H2SO4
|
Tidak larut
|
|
n-hexan
|
H2O + NaOH + HCl + H2SO4
|
Tidak larut
(Terdapat garis pemisah)
|
|
Asam Oksalat
|
H2O + Lakmus (Lakmus biru menjadi merah)
|
Larut (Asam)
|
|
Asam Asetat
|
H2O
(Lakmus biru menjadi merah)
|
Larut (asam)
|
VI. Pembahasan
Pada percobaan kali ini, akan diidentifikasi suatu
senyawa organik berdasarkan kelarutannya dalam pelarut tertentu.
Pertama,
dilakukan uji kelarutan alkohol 96%. Ketika dilarutkan dengan aquadest, alkohol
96% tidak larut yang ditandai dengan terbentuknya dua fase. Kemudian campuran
tersebut ditambahkan natrium hidroksida 5%, namun tetap tidak terlarut. Kemudian
ditambahkan lagi asam klorida 5%, dan hasilnya tetap tidak larut. Kemudian ketika
ditambahkan asam sulfat, alkohol tetap tidak larut. Alkohol termasuk kedalam
pelarut polar, karena mampu membentuk ikatan hidrogen. Berdasarkan teori
tersebut, seharusnya alkohol larut ketika ditambahkan aquadest. Namun ternyata
tidak. Hal ini disebabkan, etanol
memiliki tingkat kepolaran yang lebih rendah jika dibandingkan dengan air.
Alasan lain adalah karena etanol maupun memiliki
dua gugus yang bersifat
polar dan nonpolar, gugus polarnya adalah OH dan gugus non
polarnya adalah CH3
sehingga etanol dapat larut pada zat polar dan nonpolar.
Selain
itu, berdasarkan dasar teori diatas, alkohol seharusnya dapat larut dengan
penambahan asam sulfat pekat. Penyimpangan yang terjadi diakibatkan penggunaan
asam sulfat yang kurang pekat. Pada praktikum ini digunakan asam sulfat 4 M.
Kedua,
dilakukan uji kelarutan senyawa fenol. Ketika dilarutkan dengan aquadest, fenol
tidak terlarut, namum ketika ditambahkan natrium hidroksida, fenol dapat
terlarut. Alasannya, fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air,
yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya ia
dapat melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya. Fenol
bereaksi dengan larutan natrium hidroksida untuk
memberikan larutan tidak berwarna
yang mengandung natrium fenoksida. Dalam reaksi
ini, ion hidrogen telah dihapus oleh ion
hidroksida dari natrium hidroksida.
Ketika larutan ditambahkan lagi dengan natrium hidrogen karbonat, larutan tidak
terlarut. Karena, ion hidrogen karbonat tidak
cukup kuat untuk mengambil ion
hidrogen dari fenol.
Ketiga, dilakukan uji kelarutan
senyawa toluen. Ketika dilarutkan dengan aquadest, toluen tidak terlarut yang
ditandai dengan terbentuknya dua fase. Berdasarkan teori, toluen termasuk dalam
senyawa non polar, yang dapat diketahui dari konstanta dielektrik toluen yang
kecil, yaitu 2,4. Ketika ditambahkan dengan NaOH, HCl, dan H2SO4, toluen tidak
terlarut.
Keempat, dilakukan uji kelarutan
senyawa n-heksan. Ketika dilarutkan dengan aquadest, toluen tidak terlarut yang
ditandai dengan terbentuknya dua fase. Berdasarkan teori, n-heksan termasuk
dalam senyawa non polar, yang dapat diketahui dari konstanta dielektrik toluen
yang kecil, yaitu 2,0. Ketika ditambahkan dengan NaOH, HCl, dan H2SO4, n-heksan
tidak terlarut.
Kelima,
dilakukan uji kelarutan asam oksalat. Asam oksalat larut ketika ditambahkan
dengan aquadest. Hal ini disebabkan pembentukan ikatan hidrogen antara -OH
group dari air dengan gugus CO-OH asam oksalat. Ketika diuji dengan kertas
lakmus, larutan tersebut dapat memerahkan lakmus biru.
Keenam,
dilakukan uji kelarutan asam asetat. Asam asetat larut ketika ditambahkan
dengan aquadest. Alasannya, senada dengan asam oksalat, yaitu disebabkan
pembentukan ikatan hidrogen antara gugus -OH dari air dengan gugus CO-OH asam asetat. Ketika
diuji dengan kertas lakmus, larutan tersebut dapat memerahkan lakmus biru.
VII. Kesimpulan
- Dari hasil percobaan, diketahui alkohol termasuk kedalam senyawa inert, namun dalam praktikum ini terjadi kesalahan penggunaan H2SO4
- Dari hasil percobaan, diketahui fenol termasuk kedalam senyawa asam lemah
- Dari hasil percobaan, diketahui toluen termasuk kedalam senyawa inert aromatik
- Dari hasil percobaan, diketahui n-heksana termasuk kedalam senyawa inert
- Dari hasil percobaan, diketahui asam oksalat termasuk kedalam senyawa asam karboksilat BM rendah
- Dari hasil percobaan, diketahui asam asetat termasuk kedalam senyawa asam karboksilat BM rendah
VIII. Daftar Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Toluena
http://id.wikipedia.org/wiki/Pelarut
http://id.wikipedia.org/wiki/Heksana
http://id.wikipedia.org/wiki/Etanol
Tidak ada komentar:
Posting Komentar