PEMURNIAN ETHANOL TEKNIS MENJADI ETHANOL ABSOLUT
SECARA BATCH DAN KONTINYU DENGAN ADSORBENT
TEPUNG JAGUNG
1. Pendahuluan
Krisis energi yang dialami dunia khususnya Indonesia saat ini telah menjadi fenomena yang harus segera ditanggulangi. Berdasarkan fakta tersebut, maka mau tidak mau Indonesia harus mengembangkan energi alternatif salah satunya ethanol. Ethanol merupakan bahan pembentuk gasohol yaitu campuran alkohol dan bensin. Yang umum digunakan dalam pemisahan dan pemurnian ethanol 96 % adalah dengan distilasi. Distilasi merupakan suatu proses pemisahan yang didasarkan pada derajat penguapan (titik didih) senyawa-senyawa di dalam umpan. Ethanol dipisahkan dari campurannya melalui dua tahap untuk mendapatkan ethanol absolute sebagai bahan baku gasohol. Metode konvensional dengan dua tahap proses distilasi campuran ethanol-air menjadi ethanol 95,6% berat pada konsentrasi azeotrop. Kemudian dilanjutkan dengan distilasi azeotrop dengan menambahkan pelarut sebagai komponen ketiga yang dibolehkan untuk recovery ethanol 100% [Tanaka dan Otten (1986)]. Komponen yang dimaksud antara lain benzen, sikloheksana, etilen glikol, pentana, dietil eter, gliserin dan bensin. Benzen atau bensin dipakai sebagai pelarut apabila produk ethanol 100% akan digunakan sebagai bahan bakar [Widayat, (2002)]. Metode pemisahan konvensional sangat efektif tapi dengan distilasi dua tahap ini membutuhkan energi yang besar.
Proses adsorbsi untuk pengeringan ethanol dengan menggunakan adsorbent anorganik (CaO dan K2CO3)
pertama kali dijadikan sebagai literatur dan terpublikasi pada tahun 1930-an. Meskipun prosedur ini telah menjadi
standar teknik laboratorium selama 50 tahun, namun dalam perkembangannya telah ditemukan metode adsorbsi dengan menggunakan bahan organik. Dengan demikian untuk efisiensi energi metode yang tepat digunakan dalam pemisahan ethanol-air adalah dengan metode adsorbsi.
Adsorpsi merupakan suatu peristiwa terkontaknya pertikel padatan dan cairan pada kondisi tertentu sehingga
sebagian cairan terserap di permukaan padatan dan konsentrasi cairan yang tidak terserap tidak mengalami perubahan (Brown, 1950). Proses adsorbsi menggunakan adsorbent biji-bijian untuk dehirasi bahan bakar alkohol (Ladisch and Dyck 1979). Mereka telah mencoba menggunakan adsorbent organik seperti tepung jagung, gula, celullosa, biji jagung dan sisa-sisa jagung. Dan ternyata sama baiknya dengan menggunakan adsorbent anorganik seperti CaO, NaOH, dan CaSO. Hasilnya dari percobaan mengindikasikan bahwa selullosa, tepung jagung, dan biji jagung memberikan hasil yang sama dengan CaO. Ini menunjukan adsorbent organik mampu menghidrasi ethanol menjadi murni lebih dari 99% volume. Selanjutnya, dari hasil pengamatan untuk proses regenerasi adsorbent organik kebutuhan energi jauh lebih sedikit daripada dengan CaO. Regenerasi adsorbent selullosa dibutuhkan 430 kJ/kg untuk memproduksi ethanol anhidrid, sedangkan adsorbent CaO dibutuhkan 900 kJ/kg. Proses regenerasi
adsorbent CaO dilakukan pada temperatur 160-170 0C, sedangkan regenerasi pada adsorbent jagung pada temperatur
80-100 0C (Ladisch, dkk, 1984, Walis and Falek, Robertson and Pavlath, 1985).
Pada penelitian ini difokuskan pada pemurnian ethanol teknis pada suhu kamar menggunakan adsorbent tepung jagung menjadi ethanol absolute. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh waktu operasi, diameter dan berat adsorbent terhadap hasil adsorpsi serta membandingkan proses adsorpsi batch dan kontinyu
2. Bahan dan Metode Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah ethanol teknis 93,75 % v/v, ethanol absolute dan tepung jagung berbagai ukuran.
Peralatan yang digunakan adalah Timbangan, Stopwatch, Erlenmeyer, Gelas ukur, 1 set peralatan untuk proses batch (Magnetic stirrer, Beaker glass ) dan 1 set untuk proses kontinyu (selang , pompa, kran, statif dan klem).
Adapun variabel tetap untuk proses batch yang digunakan adalah berat ethanol teknis sebesar 100 gram, suhu kamar (300C), kecepatan pengadukan skala 7 dan waktu operasi batch 60 menit. Untuk proses kontinyu variable tetapnya adalah berat adsorbent sebesar 10 gr dan suhu kamar (300C). Variable berubah untuk proses batch adalah berat adsorbent yaitu 10 dan 20 gr, diameter adsorbent 0, 425 dan 1 (mm). Variable berubah untuk proses kontinyu yaitu diameter adsorbent 0, 425 dan 1 (mm). Rangkaian alat percobaan dapat dilihat pada gambar 1 dan 2. Respon
yang diamati adalah konsentrasi ethanol teknis hasil adsorpsi setiap selang waktu tertentu.
Percobaan dilakukan secara batch dan kontinyu. Pada proses batch, 100 gr ethanol umpan dimasukkan ke dalam beaker glass bersamaan dengan tepung jagung dan dilakukan pengadukan dengan kecepatan tetap selama 60 menit. Untuk mengetahui konsentrasi ethanol tiap waktunya, dilakukan pengambilan 10 ml ethanol hasil adsorpsi tiap 15 menit untuk dianalisa dengan GC. Proses kontinyu, larutan ethanol umpan dipompa menuju kolom adsorber. Laju alir umpan disesuaikan supaya terjadi olakan didalam adsorber. Ethanol yang keluar dari adsorber dianalisa konsentrasinya menggunakan GC tiap 10 menit.
Gambar 2 Rangkaian Alat Adsorpsi Kontinyu: (1). Penampung ethanol teknis; (2). Selang; (3). Adsorber; (4). Tepung jagung; (5). Penyangga; (6). Penampung hasil. Spesifikasi adsorber: bahan plastik; diameter dalam 1,5 cm, tebal 0,2 cm, tinggi 21,5 cm.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar